Selasa, 25 Oktober 2011

PETANI YANG TABAH

Pak Yitno seorang yang mempunyai sebingkai tanah yang luas dan tanah itu dia Tanami dengan padi. Pak Yitno selalu menggarap sawahnya layaknya menjaga sebuah harta karun. 
Dia mempunyai cita-cita jika anaknya besar nanti, sawah itu akan dia berikan kepada anaknya untuk sebagai warisan turun temurun.Setiap hari Pak Yitno selalu pergi ke sawahnya untuk melihat atau mencabuti ilalang yang cepat sekali tumbuh. 
Umi, istri Pak Yitno mempunyai sifat yang bertolak belakang dengan Pak Yitno, Umi selalu mengeluh akan nasib yang tidak menentu, sering sekali Umi mempunyai hutang kepada orang lain untuk membeli barang yang tidak perlu.Maklum, Pak Yitno hanya bekerja sebagai petani yang sangat tergantung dari hasil panen sawahnya. Keluarga Ibu Umi dan Pak Yitno dikauniai seorang anak laki-laki yang bernama Doni. 
Dia termasuk anak yang pandai dan rajin. Doni sering mendapatkan beasiswa sejak SD hingga perguruan tinggi.Sekarang Doni meneruskan pendidikan di salah satu perguruan tinggi terkenal di kotanya. Doni mempunyai sifat yang rajin, tekun, seting menabung, sampai-sampai dia harus berhemat untuk membeli segala kebutuhan di bangku kuliah.
Suatu hari kelurga Pak Yitno diterpa oleh suatu masalah keluarga, Umi mempunyai hutang kepada rentenir dan Pak Yitno tidak pernah diberitahu. Hutangnya pun lumayan besar, dan Pak Yitno merasa tidak sanggup untuk membayarnya dan rentenir menyita sebagian harta miliknya. Doni ingin sekali bantu untuk melunasi hutang, tetapi uang hasil tabungannya tidak cukup untuk membayarnya.Pak Yitno harus merelakan sebagian hartanya sebagai cicilan dan sisanya akan ditagih lagi dua Minggu. 
Pak Yitno memikirkan jalan keluar untuk mendapatkan atau sekaligus melunasi hutang-hutangnya dalam krun waktu dua Minggu.Dia ingin sekali bekerja, tetapi dizaman sekarang mendapatkan pekerjaan sangat sulit, apalagi dapat mendhasilkan uang untuk membayar hutang dalam kurun waktu dua Minggu.Doni berusaha membantu dengan membuka kursus belajar, tetapi itu pun belum cukup membantu. Waktu semakin sempit dan akhirnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar